Sabtu, 08 Februari 2014

MEMBUMIKAN MATEMATIKA MERINGKAS KALIMAT



(St. Kartono orang tua murid SD Kanesisus Demangan, Yogja)
                                                                          
“Santi ingin mengadakan pesta. Untuk itu dia membeli apel.
Setiap 1 kg terdapat 6 apel. Bila Santi ingin mengundang 33 orang,
 berapa berat yang harus dibeli Santi?”
Soal tersebut tersaji dalam buku siswa Matematika Kelas III SD (PMRI-P2MPT, 2004). Dalam hal ini sebagian orang tua terlibat bahkan secara emosional pada tahap pengerjaan soal-soal semacam diatas yang menjadi PR buah hati mereka. Pelajaran Matematika realistik untuk sementara disamakan dengan soal-soal yang berbentuk cerita. Cerita tersebut dikemas dalam konteks kehidupan sehari-hari yang memuat angka-angka atau hitungan yang dimaksudkan agar siswa dapat menemukan matematika dalam pengalaman keseharian.
Seperti yang dialami putri bapak  St. Kartono yang begitu suntuk jika mengerjakan PR tersebut entah karena kewajiban atau matematika realistik yang menarik. Yang setiap kali ditanyakan adalah rumusan kalimat cerita, bukan hitung-hitungan. Ini artinya, persoalan pertama adalah memahami isi cerita. Berkaitan dengan persoalan tersebut, sejumlah gagasan yang disampaikan oleh bapak St. Kartono disini yakni pentingnya hal-hal kebahasaan bagi anak-anak usia sekolah dasar dalam mendukung tujuan baik matematika realistik.
Pertama, anak-anak kita belajar dari hal-hal yang konkret menuju abstrak. Pilihan kata semestinya memperhitungkan proses berpikir sesuai dengan tingkatannya.
Kedua, anak-anak kita belajar dari kalimat tunggal/ pendek menuju majemuk/ panjang. Agar mempermudah siswa dalam memahami suatu soal maka sebaiknya merumuskan soal dengan kalimat-kalimat tunggal tunggal, setiap kalimat hanya memuat satu subjek, predikat dan objek.
Ketiga, pilihan tokoh yang memungkinkan kesadaran gender. Inilah peluang berharga membangun kesadaran gender sejak dini lewat pelajaran matematika realistik.
Pembelajaran matematika realistik patut terus dikembang. Untuk itu dukungan dari siapapun terutama bahasawan dengan tujuan dan niat baiknya sungguh-sungguh bermanfaat bagi anak-anak bangsa ini.

Sumber : Buletin PMRI edisi VI – Februari 2005 hal. 4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar