(St. Kartono orang tua murid SD Kanesisus
Demangan, Yogja)
“Santi
ingin mengadakan pesta. Untuk itu dia membeli apel.
Setiap 1 kg terdapat 6 apel. Bila Santi ingin mengundang 33 orang,
berapa berat yang harus dibeli Santi?”
Setiap 1 kg terdapat 6 apel. Bila Santi ingin mengundang 33 orang,
berapa berat yang harus dibeli Santi?”
Soal
tersebut tersaji dalam buku siswa Matematika
Kelas III SD (PMRI-P2MPT, 2004). Dalam hal ini sebagian orang tua terlibat
bahkan secara emosional pada tahap pengerjaan soal-soal semacam diatas yang
menjadi PR buah hati mereka. Pelajaran Matematika realistik untuk sementara
disamakan dengan soal-soal yang berbentuk cerita. Cerita tersebut dikemas dalam
konteks kehidupan sehari-hari yang memuat angka-angka atau hitungan yang
dimaksudkan agar siswa dapat menemukan matematika dalam pengalaman keseharian.
Seperti
yang dialami putri bapak St. Kartono
yang begitu suntuk jika mengerjakan PR tersebut entah karena kewajiban atau
matematika realistik yang menarik. Yang setiap kali ditanyakan adalah rumusan
kalimat cerita, bukan hitung-hitungan. Ini artinya, persoalan pertama adalah
memahami isi cerita. Berkaitan dengan persoalan tersebut, sejumlah gagasan yang
disampaikan oleh bapak St. Kartono disini yakni pentingnya hal-hal kebahasaan
bagi anak-anak usia sekolah dasar dalam mendukung tujuan baik matematika
realistik.
Pertama,
anak-anak kita belajar dari hal-hal yang konkret menuju abstrak. Pilihan kata
semestinya memperhitungkan proses berpikir sesuai dengan tingkatannya.
Kedua,
anak-anak kita belajar dari kalimat tunggal/ pendek menuju majemuk/ panjang.
Agar mempermudah siswa dalam memahami suatu soal maka sebaiknya merumuskan soal
dengan kalimat-kalimat tunggal tunggal, setiap kalimat hanya memuat satu
subjek, predikat dan objek.
Ketiga, pilihan
tokoh yang memungkinkan kesadaran gender. Inilah peluang berharga membangun
kesadaran gender sejak dini lewat pelajaran matematika realistik.
Pembelajaran
matematika realistik patut terus dikembang. Untuk itu dukungan dari siapapun
terutama bahasawan dengan tujuan dan niat baiknya sungguh-sungguh bermanfaat
bagi anak-anak bangsa ini.
Sumber : Buletin PMRI
edisi VI – Februari 2005 hal. 4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar