Sabtu, 08 Februari 2014

Dengan PMRI Benarkah Kelasnya Menjadi Ramai ?




(Ruchiatus Sun Aeni, guru MIN Yogyakarta II)

Setelah PMRI diterapkan, banyak guru mengeluh kelasnya ramai, mengganggu kelas yang lain. Apalagi yang jumlah muridnya lebih dari 30 anak. Hal ini kelihatannya membuat guru tidak enak dengan teman yang lain.
Sebelum menggunakan pendekatan PMRI memang kita akui semua kelas tenamg. Kalau ada suara yang terdengar dari luar kelas, hanyalah suara guru atau canda dikelas yang berlangsung tidak terlalu lama. Suasana tenang ini berlangsung amat lama sehingga menjadi tradisi. Banyak guru menyakini kelas yang tenang menunjukan gurunya pandai mengelolah kelas. Apakah ini benar?
Dalam pembelajaran matematika, siswa yang menemukan sendiri cara menyelesaikan masalah akan lebih bermakna dibandingkan siswa yang hanya mendapatkan dari guru memang tidak semua pokok bahasan/sub pokok bahasan yang dapat ditemukan oleh siswa sendiri. prinsip PMRI “guru bertindak sebagai fasilitator”, bisa diterapankan disini. Guru bukan lagi sebagai pusat informasi. Jika guru tidak lagi sebagai center , maka pastilah terjadi proses yang lebih panjang bagi siswa yang aktif menemukan sendiri. Pada saat inilah siswa tidak lagi diam dimejanya sendiri, tetapi butuh orang lain untuk menyelesaikn masalah yang diberikan oleh guru atau butuh alat untuk menyelesaikannya.  
Untuk kelas I dan II, awalny memang terlihat ramai. Setelah berlangsung beberapa bulan anak terkondisi terbiasa bekerjasama dengan orang lain tanpa menimbulkan suara gaduh. Hal ini dialami oleh guru kelas I dan II MIN Yogyakarta II. Memang tidak mudah menerapkan PMRI dikelas , yang mereka lakukan antara lain :
·         Membuat kesepakatan dengan anak tentang sangsi-sangsi jika melanggar aturan
·         Tempat duduk dibuat berkelompok empat-empat
·         Guru terbiasa berbicara wajar dikelas
·         Pada saat anak mengemukakan pendapatnya, guru mendengarkan dengan seksama
·         Guru tidak sering mengulangi ucapannya bahkan hanya satu kali saja
·         Anak dibiasakan untuk menghargai orang yang berbicara.
Hal tersebut dilakukan terus menerus sehingga terbentu pola situasi ynag kondusif.
Semua pengalaman yang dialami oleh guru-guru MIN Yogyakarta II selama menerapkan PMRI mungkin dapat diterapkan oleh guru-guru yang akan menerapkan PMRI disekolahnya.

Sumber : Buletin PMRI edisi VI– Februari 2005 hal. 6

3 komentar: