(Ruchiatus Sun Aeni, guru MIN
Yogyakarta II)
Setelah
PMRI diterapkan, banyak guru mengeluh kelasnya ramai, mengganggu kelas yang
lain. Apalagi yang jumlah muridnya lebih dari 30 anak. Hal ini kelihatannya
membuat guru tidak enak dengan teman yang lain.
Sebelum
menggunakan pendekatan PMRI memang kita akui semua kelas tenamg. Kalau ada
suara yang terdengar dari luar kelas, hanyalah suara guru atau canda dikelas
yang berlangsung tidak terlalu lama. Suasana tenang ini berlangsung amat lama
sehingga menjadi tradisi. Banyak guru menyakini kelas yang tenang menunjukan
gurunya pandai mengelolah kelas. Apakah ini benar?
Dalam
pembelajaran matematika, siswa yang menemukan sendiri cara menyelesaikan
masalah akan lebih bermakna dibandingkan siswa yang hanya mendapatkan dari guru
memang tidak semua pokok bahasan/sub pokok bahasan yang dapat ditemukan oleh
siswa sendiri. prinsip PMRI “guru bertindak sebagai fasilitator”, bisa
diterapankan disini. Guru bukan lagi sebagai pusat informasi. Jika guru tidak
lagi sebagai center , maka pastilah terjadi proses yang lebih panjang bagi
siswa yang aktif menemukan sendiri. Pada saat inilah siswa tidak lagi diam
dimejanya sendiri, tetapi butuh orang lain untuk menyelesaikn masalah yang
diberikan oleh guru atau butuh alat untuk menyelesaikannya.
Untuk
kelas I dan II, awalny memang terlihat ramai. Setelah berlangsung beberapa
bulan anak terkondisi terbiasa bekerjasama dengan orang lain tanpa menimbulkan
suara gaduh. Hal ini dialami oleh guru kelas I dan II MIN Yogyakarta II. Memang
tidak mudah menerapkan PMRI dikelas , yang mereka lakukan antara lain :
·
Membuat kesepakatan dengan anak tentang
sangsi-sangsi jika melanggar aturan
·
Tempat duduk dibuat berkelompok
empat-empat
·
Guru terbiasa berbicara wajar dikelas
·
Pada saat anak mengemukakan pendapatnya,
guru mendengarkan dengan seksama
·
Guru tidak sering mengulangi ucapannya
bahkan hanya satu kali saja
·
Anak dibiasakan untuk menghargai orang
yang berbicara.
Hal
tersebut dilakukan terus menerus sehingga terbentu pola situasi ynag kondusif.
Semua
pengalaman yang dialami oleh guru-guru MIN Yogyakarta II selama menerapkan PMRI
mungkin dapat diterapkan oleh guru-guru yang akan menerapkan PMRI disekolahnya.
Sumber : Buletin PMRI
edisi VI– Februari 2005 hal. 6
sip (y)
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusmksh mbk :)
BalasHapus